2. DEWI RAYUNGWULAN

Beberapa abad yang silam, di sekitar Gunung Muria bagian tenggara berdiri sebuah kadipaten. Tepatnya di daerah JawaTengah di sekitar kota Pati sekarang. Nama kadipaten itu adalah Carangsoka. Daerahtrya subur makmur, rakyat hidup dan bahagia dan sejahtera. Tanah dan wilayah Carangsoka meliputi sungai Juwana sampai pantai Jawa Tengah bagian utara  timur.

Adapun yang menduduki tahta adalah Raden Puspahandungjaya,  yang seorang adipati arif dan bijaksana, sehingga sangat dicinta segenap rakyatnya. Adipati Puspahandungjaya mempunyai istri seorang wanita yang ayu patuh anggun,  penuh setia dan serta bakti kepada sang suami,  yang dikenal sebagai Sang Prameswari.

Dalam menjalankan roda pemerintahan Adipati Puspahandungjaya didukung  para oleh  punggawa Kadipaten Carangsoka. Mereka secara sungguh-sungguh  bekerja  penuh tanggung jawab, disiplin, dan  penuh kejujuran. Para punggawa Kadipaten Carangsoka adalah : Ki Ageng Singapadu di Desa Nguren   sebagai patih merangkap jaksa, Raden Sukmayana sebagai penguasa wilayah Majasemi, Kembangjaya di Bantengan Trangkil sebagai ahli  perang siasat yang sangat disegani, Sondong Makerti di Wedarijaksa merupakan prajurit yang ahli beladiri, dan Singanyidra  adalah prajurit pilihan Kadipaten Carangsoka.

Adipati Puspahandungjaya dengan Sang Prameswari sangat bahagia. Apalagi setelah dikaruniai seorang puteri  yang cantik dan  jelita,  yang diberi nama Dyah Ayu Dewi Rayungwulan.

Dewi Rayungwulan saat usianya meningkat remaja, kecantikan dan keayuannya semakin bersinar- sinar.Bicaranya santun, perilakunya sangat sopan sehingga menjadi buah bibir setiap ralgyat di Kadipaten Carangsoka, dan merupakan bahan pembicaraan para adipati serta pangeran dari kadipaten-kadipaten tetangga.

Ketika Dewi Rayungwulan telah dewasa, para pangeran dari kadipaten tetangga ingin mempersunting. Mereka ingin mendapat kesempatan untuk meminangnya. Namun karena pengaruh  Puspahandungjaya Sang Adipati yang berwibawa, tidak sembarang pangeran berani mengemukakan pangeran hasratnya, kecuali Josari anak tunggal Adipati Yudapati dari Kadipaten Paranggaruda.

Terdorong rasa ingin meminang Dewi Rayungwulan  untuk dijodohkan dengan Pangeran Josari, sang Adipati Yudapati  menyuruh patihnya yang bernama Singapati disertai beberapa demang membentuk rombongan menuju Kadipaten Carangsoka dengan membawa emas, intan dan pakaian yang indah sebagai tanda pinangan. Mereka diterima oleh Adipati Puspahandungjaya dengan ramah   dan sangat terbuka. Para utusan merasa senang dengan penerimaan tulus penuh  kehangatan. Suasana Kadipaten C arangsoka sangat nyaman, bila dibandingkan dengan suasana Paranggaruda.

Patih Singapati menyampaikan maksud kedatangannya yaitu ingin meminang Dewi Rayungwulan yang akan dijodohkan dengan pangeran Josari  putra mahkota Kadipaten Paranggaruda. Sebagai seorang adipati yang bijaksana, maka pinangan dari Kadipaten Paranggaruda tidak langsung diterima, namun keputusannya diserahkan sepenuhnya kepada putrinya. Sebab yang berhak untuk  memberi jawaban adalah Dewi Rayungwulan. Adipati Puspahandungjaya mempersilakan Patih Singapati serta tamu yang lain beristirahat dulu   di tempat yang sudah disediakan. Sang Adipati minta waktu sehari semalam untuk menentukan keputusan  dari putrinya.

Dewi Rayungwulan tampak tegang dan cemas. Kebimbangan mencekam sangat kuat jelas tersirat pada raut mukanya. Dewi Rayungwulan tidak segera menanggapi apa yang ingin dikehendaki orang tuanya, karena dalam hati sang putri tidak mau menerima pinangan itu.
Dewi Rayungwulan tidak ingin mempunyai seorang suami yangberperilaku tidak  terpuji. Menurut  sumber yang dapat dipercaya, Pangeran Josari mempunyai cacat fisik, watak yang sombong dan congkak. Setiap hari senang berfoya-foya menghamburkan uang negara, sementara sebagian besar rakyatnya tengah menderita.

Adipati Puspahandungjaya dan Prameswari bisa memahami kecemasan hati putrinya, seraya menyetujui apapun keputusan yang ingin diambil Dewi Rayungwulan.

Seandainya  sang putri menolak, kedua orang tuanya tidak akan keberatan. Asal menolaknya secara halus, agar Adipati Yudapati maupun Pangeran Josari tidak merasa tersinggung sehingga dapat menimbulkan kemarahan. Sebab orang   tua manapun tentu tidak tega membiarkan anaknya menjadi istri dari seorang lelaki yang budi pekerti dan  perangainya tidak terpuji.

Hati Dewi Rayungwulan merasa bahagia begitu mengetahui kedua  orang tuanya tidak memaksakan kehendaknya. Pada saat yang tepat Dewi Rayungwulan akan mengemukakan jawaban yang  sekiranya sangat berat untuk Pangeran Josari. Dewi Rayungwulan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang  Maha Kuasa memohon agar dapat menemukan jawaban untuk Pangeran Josari. Jawaban harus benar dan tepat, sebab salah memberi jawaban akan berdampak pada kelangsungan  kehidupan dalam tangga- rumah.

Tentang admin

Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.
Pos ini dipublikasikan di Sejarah Pati dan tag , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar