7. PERKAWINAN YANG GAGAL

Dalang Sapanyana, sangat terkenal dengan sebutan dalang ajaib. Setiap mengadakan pagelaran, pasti banyak mengundang perhatian banyak penonton. Cerita yang disajikan sangat dikuasai dan menarik. Olah derak wayang atau sabetan juga menakjubkan.

Yang dikatakan ajaib pada diri Ki Dalang adalah ketika mengadakan pergelaran, Sang Dalang tidak pernah terlihat membawa segala perabot termasuk seperangkat gamelan. Ki Dalang Sapanyana selalu diiringi dua pesinden cantik yang masih bersaudara yaitu Ambarwati dan Ambarsari.

Keahlian dan keajaiban Ki Dalang Sapanyana, diperoleh setelah dia berguru dan bertapa cukup lama di Gunung Merbabu. Dengan melalui godaan aneka dan rintangan gaib yang teramat berat, akhirnya cita-citanya berhasil.

Siapa saja yang pernah menyaksikan pergelaran wayang Ki Dalang Sapanyana pasti akan terpukau dan terpesona. Seperti tengah menyaksikan adegan hidup yang benar-benar nyata. Terkesan sangat apik   dan yang menonton tak ingin beranjak sebelum pergelaran berakhir.

Berita keistimewaan dan keanehan Ki Dalang Sapanyana terdengar oieh Singapati dari Kadipaten Paranggaruda. Dia yakin Ki Dalang inilah yang sedang  dicari, maka Singapati itu menjeiaskan maksud dirumahnya. Setelah Singapati menjelaskan maksud kedatangannya, Ki Dalang merasa lega. Terjadilah kesepakatan bahwa Dalang  Sapanyana akan dipertemukan dengan Adipati Yudapati.

Sesuai hari  yang menjadi kesepakatan Ki Dalang Sapanyana dan kedua pesindennya  tiba di Kadipaten Paranggaruda. Malamnya langsung menggelar permainan wayang. Adipati Yudapati, Pangeran Josari,  serta para abdi menyaksikan pergelaran dengan seksama, takjub ketika mendengar alunan musik gamelan yang tidak tampak wujud peralatannya. Hati sang Adipati Yudapati lega bahwa  gamelan semacam itulah yang dicari untuk memenuhi  syarat yang diajukan oleh Dewi Rayungwulan.

Selesai pergelaran, Ki Daiang Sapanyana serta saudaranya dipanggii Adipati Yudapati untuk dimintai kesanggupannya menggelar pertunjukkan wayang di Kadipaten Carangsoka. Adipati Yudapati bersedia membayar berapa pun yang diminta sebagai imbalan mendalang. Sapanyana tidak mengharap  imbalan yang besar. Namun, memohon perlindungan keselamatan bagi  pesindennya.

Setelah tercapai kesepakatan Adipati Yudapati mengirim utusan ke Carangsoka. memberitahukan kesanggupannya memperlihatkan seperangkat gamelan  yang bisa berbunyi sendiri.

Seorang utusan dari Kadipaten Paranggaruda menghaturkan sembah seraya menyerahkan gulungan kulit halus yang  berisi pesan dari Adipati Yudapati. Adipati Fuspahandungjaya tersenyum menerima surat kemudian membuka serta membaca isinya. Sorot matanya berbinar-binar dengan pandangan  penuh tanda tanya. Sang Adipati agak kaget.  Sebagai raja yang arif dan bijaksana, segera menyembunyikan kekagetannya itu.

Kepada utusan Paranggaruda, Adipati Puspahandungjaya siap menerima kehadiran Adipati Yudapati dan Pangeran Josari untuk meminang putrinya. Mendengar jawaban yang jelas maka utusan Adipati Yudapati mohon diri dan segera kembali ke Paranggaruda untuk menyampaikan balasan dari Adipati Puspahandungjaya.

Sementara itu Adipati Puspahandungjaya memanggil Sang Prameswari dan Dewi Rayungwulan bahwa persyaratan pertunangan berupa seperangkat gamelan yang bisa berbunyi sendiri dapat dipenuhi oleh Adipati Yudapati. Begitu mendengar, Dewi Rayungwulan menjadi terpana tidak bisa berkata apa-apa. Apalagi pada saat pinangan akan menggelar pertunjukkan wayang komplit dengan dua pesinden yang cantik-cantik. Sebenarnya persyaratan yang diminta Dewi Rayungwulan bukan pergelaran wayang melainkan seperangkat gamelan yang bisa berbunyi sendiri.

Adipati Puspahandungaya dan Prameswari saling berpandangan, tanpa  sepatah pun kata-kata yang terucapkan, Dewi Rayungwulan berlari ke peraduannya. Dengan wajah yang mendung kemudian melempar tubuhnya ke atas peraduan, menelusupkan wajahnya ke balik bantal.  Isak tangis pun tiba-tiba menggema. Hatinya sedih, menjadi istri lelaki yang tidak dicintai.

Seminggu kemudian, Adipati Yudapati dan Pangeran Josari beserta rombongan tiba di Carangsoka. Membentuk rombongan besar yang agung, lengkap dengan barisan prajurit kehormatan yang sengaja dipilih. Tidak ketinggalan Ki  Dalang Sapanyana dan kedua pesinden ada dalam rombongan itu.

Rombongan dari Paranggaruda memasuki pendapa agung melalui bansan penghormatan  yang sangat rapi. Adipati Puspahandungjaya  dan Prameswari  menyambut dengan sikap yang penuh hangat kekeluargaan. Pangeran Josari bersikap seolah-olah telah pasti akan menjadi suami Dewi Rayungwulan. Pandangan mata Pangeran Josari berubah-ubah, ada sesuatu yang ingin dilihatnya namun tidak tampak juga.

Sebenarnya Dewi Rayungwulan sedang berada di dalam kamar memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Meminta kekuatan batin, agar dapat menerima kehadiran Pangeran Josari, yang sebenarnya tidak diharapkan dan tidak disukainya.

Pada malam harinya, pendapa agung tampak semarak. Ruangan utama itu diubah menjadi ruang pergelaran  wayang yang akan disaksikan oleh keluarga Adipati. Adipati Puspahandungjaya berdampingan dengan Pranreswari dan Dewi Rayungwulan duduk di atas kursi gading  yang sangat indah.

Pangeran Josari tak bosan-bosannya memandang Dewi Rayungwulan. Bahkan berusaha menggodanya agar Dewi Rayungwulan tidak selalu menunduk.

Di tengah-tengah pendapa ruangan tempat panggung yang sengaja dibangun Ki Dalang Sapanyana dan kedua pesindennya telah siap melaksanakan tugasnya. Penonton dan tamu
undangan yang mendapat kesempatan menyaksikan pergelaran wayang kulit merasa takjub dan terpesona. Mereka memuji keterampilan Ki Dalang dan kecantikan kedua peslnden, bagaikan seorang ksatria dan dua orang dewi.

Ki Dalang Sapanyana memulai pergelaran wayang kulitnya. Ambarwati dan Ambarsari mulai melantunkan tembang dengan suara yang merdu mempesona. Entah dari mana, tiba-tiba terdengar alunan suara gamelan mengiringrnya.

Para penonton terkesiap kaget. Saling bertanya di mana letak gamelan yang suaranya mengalun sangat indah itu.

Puncak keheranan setiap orang terlihat ketika suara Ki Dalang Sapanyana membahana ke setiap telinga penonton meresap ke dalam hati. Semuanya merasa bagai tengah menonton adegan hidup yang mengasyikan.

Dewi Rayungwulan mendadak mengangkat wajahnya. Menatap  Ki  Dalang dengan tatapan bersinar-sinar. Kesenduan yang tadinya mencekam wajahnya kini tiba-tiba saja telah tersapu, dan berganti menjadi kegairahan yang ceria.

Ki Dalang Sapanyana yang sangat arif menyadari, bahwa Dewi Rayungwulan tidak henti-hentinya memandanginya. Tatap pandangan  Dewi Rayungwulan seperti ada rintihan. Bagaikan ada permohonan yang harus dikatakan. Sikap Dewi Rayungwulan benar-benar menjadi berubah. Tidak lagi menunduk dan diam.

Perubahan diri Dewi Rayungwulan ketika menyaksikan pergelaran wayang kulit itu diketahui oleh setiap orang. Namun mereka tidak merasa heran, tidak habis pikir. Kecuali Pangeran Josari yang mendadak merasakan darahnya bergejolak panas. Wajahnya yang kaku, menjadi kencang dan kemerah-merahan. Api cemburu telah membakar diri Pangeran Josari.

Dewi Rayungwulan tiba-tiba bangkit dari duduknya. Melangkah cepat menghampiri panggung pergelaran, menubruk Ki  Dalang  Sapanyana meminta perlindungan. Pergelaran wayang  kulitpun mendadak terhenti. Ki Dalang terkesiap kaget.   Sementara suasana yang  tadinya hening dan hidmat kini menjadi gempar.

Tamu  undangan tampak kebingungan. Pangeran  Josari tidak dapat menahan  dirinya lagi. Kemudian beranjak dari tempat duduknya, dan mencabut   kerisnya. Lalu meloncat  ke atas panggung pergelaran menyerang Ki  Dalang  Sapanyana.

Para  penonton, terutama wanita menjerit karena  merasa ngeri melihat  tindakan Pangeran  Josari.  Ki Dalang Sapanyana segera berdiri dan meloncat sambil membopong tubuh Dewi Rayungwulan,  menjauhi kens Pangeran tikaman  Josari.

Ki Dalang   meloncat seraya  berteriak dengan keras. Tubuh melesat dan kakinya tiba-tiba menghujam dada Pangeran Josari. Tubuh Pangeran Josari tersentak ke belakang, berputar  dan roboh ke bawah panggung. Tanpa diduga, keris yang ada ditangannya menjurus ke arah dada dan langsung menghujam tanpa disengaja. Pangeran Josari terluka parah.

Adipati Yudapati marah hendak mengejar Ki Dalang Sapanyana. Kerisnya dihunus tetapi Adipati Puspahangdungjaya  menghalanginya.     Adipati Yudapati dan pengikutnya akhimya kembali ke Paranggaruda dengan hati yang  terluka dan marah penuh dendam.

Tentang admin

Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.
Pos ini dipublikasikan di Sejarah Pati dan tag , , , . Tandai permalink.

6 Balasan ke 7. PERKAWINAN YANG GAGAL

  1. galuh berkata:

    Waahh…….. Jos tenan!

  2. kirno berkata:

    ada kethoprak mp3 maupun video mp4 tentang DHAMAR WULAN, karna aq pingin banget punya cerita itu……??? makasih moga ada.

  3. JAYAVO berkata:

    Salam kenal gan!

  4. atiecsudaryanti berkata:

    sae tnan pkoke.. remen kulo…

  5. david maulana berkata:

    mari cintai budaya jawa

Tinggalkan komentar